Beberapa orang menyitir hadits. Beberapa yang lainnya menyitir hadits yang bertetangan dengan hadits pertama. kemudian mereka berdebat, menggalang dukungan, mendirikan masjid masing masing, membangun firqah dan kemudian melegitimasikan keterpecahan yang "mereka rencanakan" sendiri. Beberapa penengah mengganti kata "berpecah" dengan term "beda pendapat", bahkan menyitir satu lagi hadits lain yang menyatakan bahwa perbedaan adalah rahmat. Satu lagi orang dengan kopyah khusus ahli hadits datang memberikan satu lagi hadits nubuat, bahwa perpecahan itu memang sudah seharusnya terjadi karena 15 abad lalu Rasul sudah mengatakan bahwa muslimin akan pecah menjadi 73 golongan. Artinya kalau hari ini umat rukun rukun aja berarti ramalan Muhammad tidak akurat. Semua lelucon ini nyata terjadi, sungguh sungguh menimpa umat ini. Anehnya tak satupun menyadari bahwa penyebab utamanya adalah kesalahan dalam memahami hadits. Oh ya? berikut penjelasannya.
Bagi seorang "ahli hadits" akurasi dalam memahami hadits terfokus pada seputar masalah sanad, rawi, dan matan. Tetapi ketika kita sejenak keluar dari dunia "mustholah hadits" sebenarnya ada kekeliruan "kronis" dalam memahami apa sebenarnya hadits itu? Saking akutnya kekeliruan yang terjadi barangkali kalau Jaya Suprana tahu bisa dimasukkan dalam daftar kelirumologinya beliau. Apa kekeliruan itu?Memang benar jika kita tanyakan, "Hadits itu apa sih?" Jawaban lazimnya berbunyi, "Hadits adalah perkataan Nabi,......dst" Tetapi kita bisa meminta seorang ustadz untuk menunjukkan satu saja hadits. kemudian kita lihat wujud fisik dari hadits yang disodorkan sang ustadz. Misalnya beliau menyampaikan hadits berikut:
Yang sedang kita lihat ini bukanlah perkataan Nabi. Yang terpampang di atas adalah tulisan Bukhari. Membaca teks diatas sama saja kita "mendengar" Bukhari berkata bahwa Anas mengatakan bahwa Nabi berkata,"Sesungguhnya kalian,.......dst dst,.." Dan mestinya segera muncul pertanyaan baru karena Bukhari tidak bertemu Anas. Bukhari hidup antara 120 sampai 180 tahun setelah Anas. Artinya minimal ada 3-4 orang periwayat hadits yang menjembatani anrata Bukhari dan Anas. Tentu saja kita tidak sedang membahas kesahihan hadis berdasar sanad. Kita sedang memperhatikan betapa definisi hadits menjadi tidak relevan dalam cara pandang ini.
Beberapa saran mengarahkan kita pada pengertian hadits yang lebih simple dan mengena sebagai berikut:
Dengan demikian kita tidak lagi mengatakan hadits diatas sebagai perkataan Nabi. Dalam contoh hadits di atas, hadits tersebut adalah perkataan Bukhari mengenai Nabi
Tentu saja ini bukan soal membolak balik definisi, karena sebenarnya dalam jagat persilatan hadits dikenal sebutan hadits palsu, munkar dst, yang kesemua sifat itu tidak mungkin dinisbatkan pada sabda Nabi. Sabda nabi tidak ada yang palsu mungkar dsb. Nabi tak mungkin mengatakan yang salah. Yang paling mungkin salah adalah para periwayat hadits termasuk Bukhari.
Bukhari bukanlah seorang nabi. Jadi jika ditanya apakah Bukhari berbuat kesalahan, maka jawabannya "Ya, sangat mungkin dia berbuat kesalahan, dan tidak mungkin dia bersih dari kesalahan!" Kejujuran dan kesalehan bukan jadi jaminan atas sebuah akurasi peliputan dan pelaporan. Belum lagi masalah utamanya adalah bahwa Bukhari hidup di masa 190 tahun an setelah Nabi Wafat. Dan semua orang bisa melihat seberapa berat kesulitannya mengungkap perkataan dan perilaku seorang tokoh yang telah meninggal 200 tahun yang lalu? Banyak orang mampu menyampaikan kutipan omongan tokoh masa kini, tapi yang lebih penting dari otu adalah akurasinya. Benarkah dia ngomong begitu? Benarkah redaksinya seperti itu? Benarkah intonasinya sebagaimana yang anda "akting"kan?
Kenyataan itu menunjukkan pada kita, bahkan jika Bukhari seorang jeniuspun tak akan berarti apa apa pada akurasi pelaporan haditnya. Data bukhari ditentukan oleh minimal 3-4 orang dari generasi berbeda yang menjembatani informasi dari dia sampai Nabi. 3-4 orang itu pun yang benar benar ketemu Bukhari hanya yang paling bontot, alias cuma satu orang. Kesulitan yang sangat besar dan mengandung resiko biasnya informasi dengan simpangan yang sangat besar.
Sebenarnya banyak orang yang telah menuliskan hal semacam ini. dan kalau kita punya waktu tentu kita bisa memperhatikan kitab nya Bukhori,...betapa dia yang katanya "maha teliti" banyak mencantumkan hadits yang saling bertentangan isinya, bahkan disandingkannya pada satu halaman atau satu bab.
Khusnu dzhon nya "beliau khilaf"
Waspadanya "dia berbohong atas nama Nabi"
Beberapa saran mengarahkan kita pada pengertian hadits yang lebih simple dan mengena sebagai berikut:
Hadits bukanlah perkataan nabi melainkan "hanya" perkataan perawi mengenai Nabi
Dengan demikian kita tidak lagi mengatakan hadits diatas sebagai perkataan Nabi. Dalam contoh hadits di atas, hadits tersebut adalah perkataan Bukhari mengenai Nabi
Tentu saja ini bukan soal membolak balik definisi, karena sebenarnya dalam jagat persilatan hadits dikenal sebutan hadits palsu, munkar dst, yang kesemua sifat itu tidak mungkin dinisbatkan pada sabda Nabi. Sabda nabi tidak ada yang palsu mungkar dsb. Nabi tak mungkin mengatakan yang salah. Yang paling mungkin salah adalah para periwayat hadits termasuk Bukhari.
Bukhari Bukan Nabi
Bukhari bukanlah seorang nabi. Jadi jika ditanya apakah Bukhari berbuat kesalahan, maka jawabannya "Ya, sangat mungkin dia berbuat kesalahan, dan tidak mungkin dia bersih dari kesalahan!" Kejujuran dan kesalehan bukan jadi jaminan atas sebuah akurasi peliputan dan pelaporan. Belum lagi masalah utamanya adalah bahwa Bukhari hidup di masa 190 tahun an setelah Nabi Wafat. Dan semua orang bisa melihat seberapa berat kesulitannya mengungkap perkataan dan perilaku seorang tokoh yang telah meninggal 200 tahun yang lalu? Banyak orang mampu menyampaikan kutipan omongan tokoh masa kini, tapi yang lebih penting dari otu adalah akurasinya. Benarkah dia ngomong begitu? Benarkah redaksinya seperti itu? Benarkah intonasinya sebagaimana yang anda "akting"kan?
Kenyataan itu menunjukkan pada kita, bahkan jika Bukhari seorang jeniuspun tak akan berarti apa apa pada akurasi pelaporan haditnya. Data bukhari ditentukan oleh minimal 3-4 orang dari generasi berbeda yang menjembatani informasi dari dia sampai Nabi. 3-4 orang itu pun yang benar benar ketemu Bukhari hanya yang paling bontot, alias cuma satu orang. Kesulitan yang sangat besar dan mengandung resiko biasnya informasi dengan simpangan yang sangat besar.
Sebenarnya banyak orang yang telah menuliskan hal semacam ini. dan kalau kita punya waktu tentu kita bisa memperhatikan kitab nya Bukhori,...betapa dia yang katanya "maha teliti" banyak mencantumkan hadits yang saling bertentangan isinya, bahkan disandingkannya pada satu halaman atau satu bab.
Khusnu dzhon nya "beliau khilaf"
Waspadanya "dia berbohong atas nama Nabi"
Salah Paham Terhadap Hadits dan "Kedunguan" Umat
BalasHapusmana sambungan penjelasannya?
saya suka gaya bahasanya..inilah yg saya cari
BalasHapusgolongan2 itu memang sengaja dciptakan untuk memecah belah umat..lantas orang2 awam harus percaya siapa?mungkin admin wiseislam mau membenarkan kedunguan tersebut..he he
BalasHapusberpegangteguhlah pada tali Allah (Quran) dan jangan berpecah belah (jangan ikuti buku buku yang lain),.. (al ayat)
Hapussy tidak 100% sependapat dgn tulisan di atas. sy misalnya begini: suatu ketika kita tidak hadir kuliah, ternyata ketika selesai perkuliahan itu sang dosen memberikan tugas kepada kelas kita. besok harinya kita diberitahu oleh temen2 (yang terkenal kejujurannya) sekelas kita bahwa sang dosen berkata "kerjakan soal ini hal itu". maka walaupun admin tidak mendengar langsung dari sang dosen, tetapi karena seluruh temen sekalas mengiyakan maka admin pasti percaya.
BalasHapusPembahasan hadits juga seharusnya menyeluruh, karena ada ilmu hadits tentang sanad, matan, pembagian hadits, jarh w tdhil, dll.
betuuuuuuul, hati2 dengan paham liberal yang berfikir kumaha aing.
Hapuskuliah itu jedanya 1 hari, sedangkan yg di jelaskan di atas 200thn, otaknya dipake masbro!!
Hapusada games suruh lempar sekian kalimat dari orang pertama sampe ke lima hasilnya pasti beda, tergantung yg disampaikan org sblmnya dan bagaimana cara dia menanggapinya serta menyampaikannya, pasti berbeda, itulah manusia dengan semua kelemahannya! simple kan??
Lha iya, mosok di kumpulan hadithnya bahkan Bukhari-Muslim ada (dari Abu Hurayra) tar di hari Kiamat, matahari dan bulan akan dihukum Allah SWT!!!
BalasHapusCari saja dgn Google kumpulan hadith dha'f, di depan hidung saya ada buku kecil serupa ttng hadith2 PALSI dan DHO'IF!
Tidak SECUILPUN ada ayat di Al-Qur'an bahwa HADITH akan DILINDUNGINYA dari pemcemaran/kesalahan!
Cari juga yg dlm bhs Inggris dg Google weak hadith...
Salam dari tjoaginsing (cari dg Google juga nama itu)
Banyak omong loh admin, loh sendiri bego dibawahnya begonya ini orang bego... hihihih
BalasHapusIintinya sangat sederhana bro, berikut urutannya:
BalasHapus1.) Al Quran = Sumber Hukum Islam (Paling Utama).
2.) Hadist = Penjelas Al Quran (Jika isi dari hadist ini bertentangan dengan isi Al Quran, tidak diterima)
3.) Pendapat Ulama (Jika keputusan para Ulama tidak sesuai Al Quran, tidak diterima)
____________________________
Hukum dalam Al Quran bisa kita kiaskan untuk mengambil keputusan lain (dengan catatan: Harus berkaitan)
____________________________
Hadist adalah tulisan seseorang yang menyampaikan perkataan Nabi Muhammad SAW, bisa saja isi hadist tersebut menyeleweng.
___________________________
Semua Hukum yang mengatur kehidupan Manusia sudah sempurna dalam Al Quran
Tanpa adanya hadits, anda tahu gerakan shalat darimana bro?
BalasHapusya gerakan solatnya gimana sendiri, bebas hahahahha gitu aja ko repot...
HapusBukhori dan Muslim bukanlah orang pertama yang membukukan hadits, tapi Penulisan hadits untuk sampai kepada beliau telah melalui proses panjang mulai dari zaman sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin, secara resmi hadits baru dikumpulkan pada zaman khalifah Umar Ibnu Abdil Aziz, setelah itu berkembanglah ilmu mustolahul hadits yang merupakan metode ilmiah untuk menguatkan apakah hadits itu dari Rosulullah atau bukan, setelah itulah kemudian baru berkembang pembagian hadist ada yang shohih, dhoif dan munkar/palsu.
BalasHapusMengatakan hadits dari atau bukan dari Rosulullah sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para ulama2 pendahulu kita, dan kita yakin mereka adalah orang2 yang takut akan ancaman Rosulullah "barang siapa yang berdusta atas namaku maka tempatnya adalah di dalam neraka".
Bila terjadi pertentangan antara hadits2 tersebut Ulama telah memberikan jalan keluar kepada kita semua dengan cara :
1. Menggabungkan semuanya bila itu memungkinkan;
2. Mentarjihnya, mana yang lebih kuat dan lebih shohih itu yang dipakai; atau
3. Mentawakufkan semuanya.
"dan apa yang diberikan Rosul ambilah, dan apa yang dilarang Rosul tinggalkanlah" begitulah Allah memerintahkan kita dalam Alqur'an untuk mentaati Rosulullah
Ulama Hadits Sepakat Bahwa Sebuah Hadits Tertolak apabila bertentangan dengan Quran,...tidak peduli siapapun yang meriwayatkannya termasuk bukhori maupun muslim.
BalasHapusArtikel ini sangat bagus. Beberapa Peneliti Muslim telah menerbitkan beberapa buku ilmiah mengenai Hadits Palsu dalam Sahih Bukhari.
Artinya Bukhari sama juga dengan ulama lain,... jika benar silakan pakai jika salah ya harus ditinggalkan
Sikap terbaik adalah: Belajar quran yang benar sehingga kita bisa memilah mana hadits yang benar benar merupakan ucapan Nabi,.. dan mana yang bukan
Tidak tahu siapa diantara kita ini yang akan mati duluan, sampai ketemu dialam setelah kematian, nanti kita buktikan disana mana dari pendapat anda-anda ini yang benar. Saya secara pribadi mengimani agama Allah yang dibawa oleh Rosulillah Muhammad SAW adalah agama yang diridlai Allah SWT. Sampai ketemu dialam itu nanti bro.
BalasHapusSatu kata buat admin "sip...!" Rupanya neraka merindukan anda!
BalasHapussaya mau tanya anda belajar kagak sie?
kalo anda belajar, belajar apa dan dari siapa?
anda pernah belajar kitab? atau iseng membaca kitab?
neh ane kasih bocoran ya...!
Baca kitab itu yang aslinya...! JANGAN TERJEMAHAN
Jangan lupa baca Muqodimah...
Kemudian pelajari cara dan metoda penulis hadits tersebut!
dan ingat kita tidak akan tahu seluk beluk al-quran sebelum membaca hadits!
dan terakhir jangan banyak nyampah di dunia maya!
saya bacaa di mukadimah shahih bukhari, dikatakan disitu,"Kitab ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Jika ada kesalahan hendaklah ditinggalkan."
HapusIeu jelemateh jiganamah beakeun gawe. Cik mun rek nulis artikel kieumah ulah ngatasnamakeun Islam. Abdi isin aya umat Muhammad pbuh meni demonstratif ningalikeun kabelegugannana. Diajar atuh many!!!!
BalasHapus(dikutip dari Mutiara Hikmah, https://www.facebook.com/note.php?note_id=176316840567
BalasHapusPemahaman atas Makna Hadis (by: Quraish Shihab)
5 Oktober 2009 pukul 20:58
Hari ini, materi kita sedikit agak berat, yaitu Pemahaman atas Makna Hadis. Hadis, dalam arti ucapan-ucapan yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw., pada umumnya diterima berdasarkan riwayat dengan makna, dalam arti teks hadis tersebut, tidak sepenuhnya persis sama dengan apa yang diucapkan oleh Nabi saw. Walaupun diakui bahwa cukup banyak persyaratan yang harus diterapkan oleh para perawi hadis, sebelum mereka diperkenankan meriwayatkan dengan makna; namun demikian, problem menyangkut teks sebuah hadis masih dapat saja muncul. Apakah pemahaman makna sebuah hadis harus dikaitkan dengan konteksnya atau tidak. Apakah konteks tersebut berkaitan dengan pribadi pengucapnya saja, atau mencakup pula mitra bicara dan kondisi sosial ketika diucapkan atau diperagakan? Itulah sebagian persoalan yang dapat muncul dalam pembahasan tentang pemahaman makna hadis.
Seorang professor yang sangat ahli dibidangnya telah menerangkan arti hadist.
Jadi ANDA admin lain kali kalo mau nulis artikel, jelajahi dulu referensinya. Jangan langsung main ketik-ketok semau mu..atau hadist itu perkataan bapak mu ???? Maksud mu apa ? Terus mau bikin polemik disini, biar org2 pada rame berkunjung ke blog mu, terus berdebat saling caci maki ?? Ketahuan juga belang lo....Selain pancingan debat, lebih bagus kamu bahas masalah cara2 beribadah yg benar, tentang fadhilah a'mal dll............ini kritik pedas buat lo admin.....
tulisan mencerminkan ilmu penulisnya...........kalau penulis mendengar cerita sejarah penjajah dari guru sekolah sd .....apakah pak guru harus ketemu dgn penjajah.........kalau logika begitu di pakai dan penulis yakin...apakah penulis pernah ketemu dgn orang orang jaman dulu..............penulis agamanya apa sih ini kok kaya dagelannnnnn
BalasHapussetju pak.....ini yg terjadi pada bani israel,sebaik apapun yg disampaikan pasti ngeyel,walau ada taurat ngeyel jga,ada musa ngeyel jga,.....penulis blog ini lbh bnyak ngeyelnya,sok pintar ,bicara tanpa ilmu (dungu).....fitnah dajjal dah mulai keliatan....
HapusKalo saya lhat sih maksud sang penulis bagus kok, dia hanya mengingatkan supaya kita jangan mengkultus individukan Ulama hanya Muhammad Rasul Allah yang boleh dikultus individukan. Hanya mungkin cara sang penulis agak keras jadi dapat tanggapan yang agak keras juga kali ya...
BalasHapusKedudukan hadits sangat penting!, kalo kita analogikan dengan zaman sekarang hadits adalah perangkat rekaman kaset atau cd. Karena zaman dulu blm ada cd atau kaset rekaman dan Nabi melarang untuk menulis Hadits makanya rekamannya cuma dari mulut ke mulut tetaaaapiiii..utk menjaga keotentikannya para sahabat sangat menekankan sanad dan matannya istilah kerennya kalo sekarang " siapa sih yang ngomong? " dan para ulama setelah zaman para sahabat juga sangat menekankan di "siapa yang meriwayatkan?" terpercayakah? tinggikah ilmu haditsnya?.
Memang tidak menutup kemungkinan ada kesalahan dlm periwayatan hadits oleh bukhori dan muslim (mereka bukan Nabi kan?) bahkan syekh Nasiruddin Al albani pun mendha'ifkan beberapa hadits bukhori itu wajar kok.
Intinya jangan terjebak dengan kultus individu, bukhori, muslim, syafi'i, hanbali, maliki dll adalah Ulama besar tapi mereka bukan Nabi yang tidak luput dari kesalahan dalam berijtihad, tidak akan berkurang rasa hormat kita dan syukur kita atas amal mereka kok.....
wahh.. jangan mudah percaya dgn hal beginian, artikel yg hanya memecah belahkan islam, yg percaya berarti org tak berilmu saja. penulis terlalu banyak berlogika. mungkin saja dibalik semua ini adlah fitnah AL MASIH DAJJAL..
BalasHapusimam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
saran saya bagi pembaca, hati2 dengan beberapa artikel yg dipublikasikan dalam blog ini. karena ada unsur merusak pemikiran generasi islam..
Imam Malik tidak pernah berkata demikian. Itu hanyalah tulisan seseorang yang gila hormat untuk secara halus mengatakan bahwa ilmu yang benar hanyalah yang dari dia sendiri,... dengan menisbatkan perkataan tersebut pada Imam Malik. Imam Malik sangat dekat dengan Quran, maka tidak mungkin beliau memberikan pernyataan yang bertentangan dengan Quran,..... Quran menyatakan bahwa orang orang yg bakal mendapat petunjuk adalah mereka yang suka mendengarkan perkataan kemudian mengikuti yang terbaik daripadanya. artinya lebih dipentingkan matan (isi/content) daripada gelar perawi/ nema besar perawi....
Hapusboleh tanya buat penulis, ini ilmiah atau pendapat pribadi ?, kl untuk share ilmu mungkin oke lah, tapi lebih baik ada dasar kenapa hadits itu bermasalah atau tidak, dan jangan langsung menjudge, agama ini dibuktikan dengan ilmiah, bahkan Hadits Rasulullah SAW pun, kl dibuktikan dengan ilmu ilmiah modern nyambung kok..... jd harap kasih referensinya ya biar ngak timbul masalah belakangan
BalasHapussatu hal yg pasti, Adminnya tidak menguasa musthalaah Hadist!
BalasHapusAdmin shalatny gimana ?
HapusGerakan shalat khan dr hadist?