Haqqul Yakin vs Dialektika Hegel

Kebenaran hari ini (tesis) akan mendapatkan penentangan (antitesis), dan kemudian hari setelah keduanya berinteraksi dalam pertentangan (baca yang saling menyempurnakan), akhirnya lahirlah kebenaran baru yang disepakati, yang oleh hegel disebut sintesis. Konon beberapa ilmuwan meyakini mekanisme dialektik ini benar benar terjadi di ranah ilmiah. Teori baru yang menyempurnakan teori lama selalu bermunculan, dan mereka menyebut fenomena ini sebagai bukti bahwa hukum dialektika sungguh bekerja. Tentu saja perlu artikel tersendiri untuk mengelaborasi absurditas (baca: omong kosong) dialektika Hegel, beserta sorotan khusus mengenai kenapa beberapa ilmuwan terjebak (baca: tertipu) dalam frame hukum ilmiah versi Hegel ini. Kita akan segera tahu bahwa kebenaran ilmiah lahir bukan melalui mekanisme dialektika, melainkan melalui mekanisme logika biasa yang tidak harus njlimet dan diilmiah-ilmiahkan. Bagaimana penjelasannya?
Banyak "santri" nya Hegel yang mengatakan cara saya mencontohkan tesis-antitesis-sintesis itu keliru. Mereka memberi contoh yang lebih baik misalnya:
tesis: tanah jadi basah karena hujan
antitesis: hari ini tidak hujan
sintesis: oleh karena hari ini tidak hujan maka tanah tidak basah karena hujan
Sebenarnya dengan mudah kita tahu bahwa "hari ini tidak hujan" itu bukan antitesis melainkan data tambahan. Silakah simak posting mengenai absurditas dialektika Hegel.

Dialektika = Konsensus

Kebenaran Ilmiah 




Share on Google Plus

About Adil Muhammadisa

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar: