Bacalah Al Fatihah agar hatimu terbuka, karena Al Fatihah adalah sang pembuka. Kalimat ini sedikit berlainan dari tafsir Quran pada umumnya yang mengatakan Al Fatihah bermakna pembuka Quran, sebagaimana sebuah buku selalu ada semacam pendahuluan. Kita bisa ulangi lagi bacaan Al Fatihah ini dan kita akan temukan, insyaallah, bahwa tujuh ayat dari Al Fatihah ini benar benar merupakan pembuka hati manusia. Yang disebut manusia adalah semua kelompok Islam dan kelompok di luar Islam seperti Yahudi, Nasrani, dan Shabiin (selain Islam Yahudi dan Nasrani). Bagaimana jelasnya? Mari kita baca bersama ketujuh ayat pembuka hati tersebut.
Al Fatihah (Translated)
1. Bismi Llahi r Rahmaani r Rahiim
Dengan-nama Allah yg-maha Rahmaan yg-maha Rahiim
2. Al khamdu li Llahi Rabbi L 'Aalamiin
Seluruh pujian hanya-untuk Allah Rabb-nya seluruh Alam Semesta
3. Ar Rahmaani r Rahiim
Yg-maha Rahmaan yg-maha Rahiim
4 Maaliki yaumi d diin
Yang-Menguasai yaumi d diin)
5. Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin
hanya-padaMu kami-ibadah dan hanya-padaMu kami-minta tolong
6. Ihdina s shirotho l mustaqiim
(Tunjuki-kami jalan yang mustaqiiim)
7. Shiroto l ladziina an'amta 'alaihim, ghoiri l maghdluubi alaihim wa la d dhool liin
yaitu-jalannya orang2 yang telah-Kauberi-ni'mat atas-mereka, bukan yang kemukaanMu atas-mereka bukan-pula mereka-yang sesat
4 Maaliki yaumi d diin
Yang-Menguasai yaumi d diin)
5. Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin
hanya-padaMu kami-ibadah dan hanya-padaMu kami-minta tolong
6. Ihdina s shirotho l mustaqiim
(Tunjuki-kami jalan yang mustaqiiim)
7. Shiroto l ladziina an'amta 'alaihim, ghoiri l maghdluubi alaihim wa la d dhool liin
yaitu-jalannya orang2 yang telah-Kauberi-ni'mat atas-mereka, bukan yang kemukaanMu atas-mereka bukan-pula mereka-yang sesat
Pujian dan Permohonan
Kita lihat ayat 1-5 merupakan pernyataan Allah yang ketika diulang oleh manusia, menjadi pujian kepada Allah. Kemudian ayat 6-7 merupakan redaksional sebuah permohonan yang diajarkan Allah kepada manusia ketika manusia memohon kebaikan kepada Allah.
Secara fitrah kita memahami jika harus ada adab, cara, kiat, trik, dalam meminta sesuatu, maka yang terbaik adalah dengan menempatkan orang yang dimintai pertolongan itu pada tempat yang terhormat, mulia dan penuh pujian. Pujian kepada Allah kita ucapkan lebih dahulu sebelum kita menyampaikan permohonan kita, begitu kira kira yang diajarkan Allah kepada kita dalam surat al Fatihah ini. Pada titik tertentu pujian pada Allah ini merupakan pernyataan keyakinan kita bahwa Allah benar benar merupakan Zat yang memiliki segalanya (memiliki kasih sayang sekaligus kekuasaan mutlak) untuk bisa mengabulkan apa yang akan kita minta.
Setelah memuji dan menegaskan "kehebatan" Allah, barulah kita menyampaikan apa yang ingin kita minta dariNya.
Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahiim. "Ar Rahman ar Rahim" diterjemahkan menjadi "Pengasih Penyayang". Kata "kasih" dan "sayang" lebih lazim dipahami sebagai dua kata yang berpadanan. Oleh karenanya dalam beberapa terjemah dituliskan sebagai "Pemurah" dan "Penyayang". Kata 'pemurah' menggambarkan sifat suka memberi, sedangkan 'penyayang' merujuk pada sifat memberi dibarengi rasacinta.
Beberapa penafsir memberikan analogi dengan mengemukakan bahwa kata rahim dalam Al Fatihah ini memiliki persamaan dengan kata "rahim" dalam arti kandungan seorang ibu. Jika ada dua bayi dalam pengasuhan seorang ibu. Yang satu adalah anak kandung yang satu lagi anak orang lain. Meskipun ibu tersebut menyayangi keduanya, ternyata rasa sayang yang diberikan tidak bisa benar benar sama. Ibu tersebut akan lebih menyayangi anak yang pernah dia kandung dalam rahimnya, bahkan pun jika anak kandungnya tidak lebih baik dari anak yang lain, ibu itu tetap lebih menyayangi anak kandungnya.
"Rahman" Allah seperti kasih sayang sang ibu kepada semua anak, sedang "Rahim" Allah mirip kasih sayang ibu kepada anak kandungnya.
Dengan analogi semacam ini kita memahami bahwa "Rahman" adalah kasih sayang Allah kepada semua makhluk, baik yang taat maupun yang menentang Nya, sedangkan "Rahim" adalah kasih sayang Allah pada hamba hamba yang taat kepada Allah. (Wa Llahu a'lam)
Semua Pujian hanya untuk Allah Rabb Alam Semesta. Kata "Rabb" kerap diterjemahkan dengan kata "Tuhan". Seringkali menjadi rancu ketika kata "Ilah" juga diterjemahkan dengan kata "Tuhan". Beberapa terjemahan secara hati hati lebih memilih kata "sesembahan" untuk arti kata "Ilah". Namun penggunaan kata Tuhan tetap rancu karena secara gramatikal kata Tuhan diartikan sebagai sesembahan.
Kata Rabb memiliki makna Sang Pencipta, Pemilik dan Pemelihara. Rabbi l alamin artinya Yang mencipta, yang memiliki yang memelihara alam semesta. Debat kusir ala atheis tentang eksistensi Tuhan sebenarnya membahas Tuhan dalam terminologi "Rabb" ini bukan "Ilah" atau "sesembahan". Jadi permasalahan atheisme adalah "Benarkah Pencipta itu ada?" bukan "benarkah sesembahan itu ada?".
Kalimat Semua pujian hanya untuk Sang Pencipta alam semesta merupakan pujian sekaligus pengakuan kita bahwa Allah lah yang memiliki semuanya (baca: sehingga nanti kalau kita minta pasti diberi)
Pengakuan bahwa Allah menguasai hari pembalasan mengandung implikasi bahwa kalau kita meminta petunjuk penjelasan pengertian dan pertolongan dalam menghadapi hari pembalasan itu, pasti Dia tahu caranya. Detil penjelasan mengenai hari pembalasan ini dijelaskan dalam banyak ayat Quran terutama pada surat surat Makkiyyah.
(originally written by Adil Muhammadisa)
Secara fitrah kita memahami jika harus ada adab, cara, kiat, trik, dalam meminta sesuatu, maka yang terbaik adalah dengan menempatkan orang yang dimintai pertolongan itu pada tempat yang terhormat, mulia dan penuh pujian. Pujian kepada Allah kita ucapkan lebih dahulu sebelum kita menyampaikan permohonan kita, begitu kira kira yang diajarkan Allah kepada kita dalam surat al Fatihah ini. Pada titik tertentu pujian pada Allah ini merupakan pernyataan keyakinan kita bahwa Allah benar benar merupakan Zat yang memiliki segalanya (memiliki kasih sayang sekaligus kekuasaan mutlak) untuk bisa mengabulkan apa yang akan kita minta.
Setelah memuji dan menegaskan "kehebatan" Allah, barulah kita menyampaikan apa yang ingin kita minta dariNya.
Ayat 1 dan 3 Rahman dan Rahim nya Allah
Bismi Llahi r Rahmaani r Rahiim
Dengan-nama Allah yg-maha Rahmaan yg-maha Rahiim
Beberapa penafsir memberikan analogi dengan mengemukakan bahwa kata rahim dalam Al Fatihah ini memiliki persamaan dengan kata "rahim" dalam arti kandungan seorang ibu. Jika ada dua bayi dalam pengasuhan seorang ibu. Yang satu adalah anak kandung yang satu lagi anak orang lain. Meskipun ibu tersebut menyayangi keduanya, ternyata rasa sayang yang diberikan tidak bisa benar benar sama. Ibu tersebut akan lebih menyayangi anak yang pernah dia kandung dalam rahimnya, bahkan pun jika anak kandungnya tidak lebih baik dari anak yang lain, ibu itu tetap lebih menyayangi anak kandungnya.
"Rahman" Allah seperti kasih sayang sang ibu kepada semua anak, sedang "Rahim" Allah mirip kasih sayang ibu kepada anak kandungnya.
Dengan analogi semacam ini kita memahami bahwa "Rahman" adalah kasih sayang Allah kepada semua makhluk, baik yang taat maupun yang menentang Nya, sedangkan "Rahim" adalah kasih sayang Allah pada hamba hamba yang taat kepada Allah. (Wa Llahu a'lam)
Ayat 2 Rabb Alam Semesta
Al khamdu li Llahi Rabbi L 'Aalamiin
Seluruh pujian hanya-untuk Allah Rabb-nya seluruh Alam Semesta
Semua Pujian hanya untuk Allah Rabb Alam Semesta. Kata "Rabb" kerap diterjemahkan dengan kata "Tuhan". Seringkali menjadi rancu ketika kata "Ilah" juga diterjemahkan dengan kata "Tuhan". Beberapa terjemahan secara hati hati lebih memilih kata "sesembahan" untuk arti kata "Ilah". Namun penggunaan kata Tuhan tetap rancu karena secara gramatikal kata Tuhan diartikan sebagai sesembahan.
Kata Rabb memiliki makna Sang Pencipta, Pemilik dan Pemelihara. Rabbi l alamin artinya Yang mencipta, yang memiliki yang memelihara alam semesta. Debat kusir ala atheis tentang eksistensi Tuhan sebenarnya membahas Tuhan dalam terminologi "Rabb" ini bukan "Ilah" atau "sesembahan". Jadi permasalahan atheisme adalah "Benarkah Pencipta itu ada?" bukan "benarkah sesembahan itu ada?".
Kalimat Semua pujian hanya untuk Sang Pencipta alam semesta merupakan pujian sekaligus pengakuan kita bahwa Allah lah yang memiliki semuanya (baca: sehingga nanti kalau kita minta pasti diberi)
Ayat 4 Penguasa Hari Pembalasan
Maaliki yaumi d diin
Yang-Menguasai yaumi d diin)
Maaliki yaumi d diin
Yang-Menguasai yaumi d diin)
Pengakuan bahwa Allah menguasai hari pembalasan mengandung implikasi bahwa kalau kita meminta petunjuk penjelasan pengertian dan pertolongan dalam menghadapi hari pembalasan itu, pasti Dia tahu caranya. Detil penjelasan mengenai hari pembalasan ini dijelaskan dalam banyak ayat Quran terutama pada surat surat Makkiyyah.
Ayat 5 Hanya Allah yang Kita Sembah dan Kita Mohon Pertolongannya
Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin
hanya-padaMu kami-ibadah dan hanya-padaMu kami-minta tolong
Setelah menyebutkan keagungan Allah (bahwa Allah yang bersifat Rahman Rahim itu memiliki segalanya) maka ayat 5 ini merupakan kesaksian manusia bahwa ibadah hanya kita lakukan kepada Allah dan hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Seolah olah orang yang membaca ayat ini mengatakan pada Allah,
"Ya Allah kepada siapa lagi kami beribadah, menyembah? Bukankah Engkau Rahman Rahim, Pemilik semuanya dan Penguasa Hari Kiamat,... Ya Allah kalau bukan beribadah kepadaMu laleu kepada siapa lagi,..kan tidak ada yang Maha Hebat selain Engkau?"
"Ya Allah kepada siapa lagi kami meminta kalau bukan kepadaMu yaa Allah? bukankah semua ini milikmu, bukankah Engkau Rahman Rahim pada makhlukMu? Tidak mungkin kami minta tolong pada selainMu karena alam semesta ini milikMu (mosok kami minta sama yang lain)?"
kira kira begitu makna Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin
Ayat 6 Tujuki kami Jalan yang Lurus
Ihdina s shirotho l mustaqiim
(Tunjuki-kami jalan yang mustaqiiim)
Ayat 7 Jalannya Orang Sukses, Bukan Jalan Orang Gagal
Shiroto l ladziina an'amta 'alaihim, ghoiri l maghdluubi alaihim wa la d dhool liin
yaitu-jalannya orang2 yang telah-Kauberi-ni'mat atas-mereka, bukan yang kemukaanMu atas-mereka bukan-pula mereka-yang sesat
Ihdina s shirotho l mustaqiim
(Tunjuki-kami jalan yang mustaqiiim)
Setelah memuji Allah dan menyatakan kebergantungan kita kepada Allah, ayat 6 ini merupakan permohonan kita kepada Allah. Kita meminta agar Allah menunjuki kita sirotho l mustaqiim. Makna harfiah nya siroth=jalan sedangkan mustaqiim=lurus'tidak bengkok. Ketika ada yang bertanya apa itu sirotho l mustaqiim? Banyak ustadz terjebak pada keterangan hadits tentang jembatan seukuran rambut dibelah tujuh. Beberapa ulama yang berhati hati lebih memilih meninggalkan keterangan hadits tersebut karena selain di Quran tidak pernah ada "ilustrasi" semacam ini, hadits yang dikemukakan juga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan hujjah dalam hal yang ghaib. Lalu apa Siroth l mustaqim itu? Jawabannya dijelaskan sendiri oleh Allah dalam ayat berikutnya.
Ayat 7 Jalannya Orang Sukses, Bukan Jalan Orang Gagal
Shiroto l ladziina an'amta 'alaihim, ghoiri l maghdluubi alaihim wa la d dhool liin
yaitu-jalannya orang2 yang telah-Kauberi-ni'mat atas-mereka, bukan yang kemukaanMu atas-mereka bukan-pula mereka-yang sesat
Inilah yang disebut Quran sebagai siroth al mustaqim atau jalan yang lurus. Yaitu jalan hidupnya orang orang yang telah Engkau beri ni'mat atas mereka (para Nabi, sahabat Nabi dan orang orang shaleh), bukan jalannya orang yang Engkau murkai bukan pula jalannya orang yang sesat. (yang dimurkai dan sesat = para musuh Nabi, Penguasa Zalim, orang yang tidak mau mengikuti petunjuk kebaikan yang dibawa Nabi).
Para Nabi sejak masa Adam Nuh Ibrahim Musa Isa dan Muhammad adalah contoh nyata orang yang sukses menjalani misi hidup sebagai khalifah fil ardli. mereka senantiasa lurus taat kepada Allah, meraih karunia Allah di dunia dengan kedudukan yang teramat tinggi di hadapan manusia pada masanya, dan meninggal dalam keadaat taat tunduk patuh kepada Allah.
Kita dituntun memohon agar Allah menunjuki cara kiat hidupnya pada nabi itu seperti apa. kita contoh polanya agar kita bisa meraih kesuksesan yang sama dengan mereka. Para motivator seringkali mengemukakan istilah habbit,... perilaku, Jika kita mencontoh persis perilaku seorang yang sudah terbukti sukses, maka sebenarnya kita telah menempuh 90% kesuksesan itu. tinggal menunggu waktu saja. Sunnatullah bekerja apa adanya. dan tidak akan pernah kita temui perubahan dalam sunnatullah itu. Beberapa orang mencontohkan bahwa orang jakarta yang ingin ke surabaya kemudian membeli tiket kereta jurusan surabaya kemudian sudah duduk di gerbong yang benar, tempat duduk yang benar, pada waktu yang benar, maka tinggal menunggu waktu keberangkatan, insyaallah dia akan sampai di surabaya, sebagaimana penumpang lain di kereta itu.
Kita juga memohon agar dijauhkan dari habbit nya orang yang dimurkai dan sesat. Firaun, Hitler, Namrudz, Qarun, Musolini, Marx. Lenin Stalin,.. dan banyak pagi penguasa zalim,..semua mereka yang menentang Allah dan Rasulnya, mereka itulah orang yang dimurkai dan dibiarkan sesat oleh Allah. Kita dituntun memohon agar terhindar dari sifat sifat menentang sombong yang mereka miliki.
(originally written by Adil Muhammadisa)
0 komentar:
Posting Komentar