Obama vs Obambang

30 Menit Obama Pidato di UI, tak seorangpun ngantuk apalagi tertidur. Lain Obama lain Obambang, ketika dia berpidato, jangankan orang yang lihat lewat TV bahkan para bawahannya sendiripun lebih mendengarkan panggilan biologisnya untuk mengantuk dan tidur ketimbang mendengarkan pidato Obambang.  Kenapa demikian. Ternyata Obambang selama 30 menit tanpa suara, sesuai dengan lagunya Kristianto Jamrud, "Tiga puluh menit, kita disini,...taaanpaaa suuaaraaa,..." Tak kurang dari seorang Effendi Ghozali (pakar komunikasi UI) menyorot efektifitas komunikasi massa semacam ini.
Tak dipungkiri Obama memang unik. Bahkan dalam sejarah pemilihan Presiden amerika pun dapat dikategorikan sebagai the phenomenon. Terlepas dari kebijakan politik luar negeri Amerika, sosok Obama memiliki arti tersendiri bagi bangsa ini terlebih bagi orang orang yang pernah dekat sebagai teman SD Obama.

Namun kalau mau jujur sebenarnya antusiasme masyarakat atas kedatangan Obama sepekan silam lebih merupakan ungkapan kerinduan atas sosok pemimpin yang mampu tampil dihadapan publik dengan penguasaan massa yang meyakinkan. Seorang pemimpin dituntut bukan hanya bagaimana dia bekerja melainkan juga yang tak kalah pentingnya adalah bahwa dia harus mampu mengkomunikasikan apa yang dikerjakannya kepada orang orang yang dipimpinnya.

Dalam posisi ini tidak berlaku semboyan Talk Less Do More (sedikit bicara banyak bekerja) yang berlaku adalah Talk More Do More. Banyak bekerja dan banyak mengkomunikasikan apa yang telah dan akan dikerjakannya. Karena untuk seorang pemimpin, bicara semacam ini juga termasuk lingkup pekerjaan yang wajib dia lakukan sebab kalau tidak, rakyat  banyak akan terus bertanya tanya.

Begitu banyak peristiwa besar tapi statement dari sang pemimpin tak kunjung terdengar. Akibatnya orang lain yang mengambil alih untuk memberikan statement. Lalu pemimpinnya kemana?

Jangankan kasus besar seperti Century atau kasus Antasari, atau kasus Bibit Chandra, kasus seorang Gayus saja sudah bergulir hampir seminggu belum ada pernyataan resmi. Ketika aparat tengah merumuskan penjelasan publik, merancang kiat kita untuk membuktikan benar tidaknya Gayus pergi ke Bali, apakah yang di foto itu benar Gayus atau bukan,....eeh keduluan sama si Tersangka. Pernyataan resmi dan seratus persen meyakinkan malah keluar dari mulut tersangka Gayus,"Ya,... benar yang di Bali itu memang saya"
Mestinya pemimpin yang membuat pernyataan lha ini malah tersangkanya duluan ngomong? Jadi pemimpinnya itu Gayus atau siapa sih?

Balik lagi ke Obama, kedatangannya ditunggu, pidatonya tanpa teks dan menyita perhatian, senyum dan tertawanya lepas tanpa harus ditahan tahan, joke nya segar, tak seorang pun ngantuk selama 30 menit penuh. Semua orang mendengarkan memang karena ingin mendengar omongan Obama, bukan karena takut dimarahi atau dipecat. Seperti inilah yang disebut komunikasi efektif.

Jadi teringat ucapan seorang Dosen di ITB mengenai dosen favorit dan dosen yang dicuekin. Dia katakan, "Kalau ada dosen mengajar kemudian mahasiswanya pada tidur, itu yang salah dosennya. Ngantuknya para mahasiswa disebabkan karena omongan si dosen memang tidak menarik, bahkan dalam beberapa kasus memang omongan sang dosen tidak penting untuk didengarkan. Dalam bahasa mahasiswa dikatakan omongannya tidak merubah masa depan"

Jadi kalau ada pemimpin berpidato kemudian yang mendengarkannya mengantuk, tak perlu memarahi orang yang ngantuk. Yang perlu dilakukan adalah belajar lagi pidato yang baik dan benar agar kata dan omongannya menjadi enak didengar dan orang merasa perlu untuk mendengar. Tidak perlu disuruh, orang orang akan berebut datang untuk mendengarka apa yang akan dia ucapkan.

(tentu itu semua bukan kata saya melainkan kata para pakar komunikasi, dan saya hanya mengutipnya biar teorinya nampak sedikit keren. by adilmuhammadisa)


Share on Google Plus

About Adil Muhammadisa

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar