Sebenarnya tak layak bagi seorang pendukung metoda hisab dalam penentuan kalender hijriyah bersorak kegirangan dengan foto hilal T Legault 8 Juli 2013. Karena metoda Hisab tidak memerlukan data empirik terlihat atau tidaknya hilal. Yang dibutuhkan hanyalah detik ketika konjungsi terjadi, sehingga kriteria bulan baru hanya ada satu yaitu Ijtimak Qoblal Ghurub (IQG). Apalagi di "balik" foto T Legault ini tersimpan kesalahan persepsi yang tidak disadari banyak orang, bahwa sebenarnya pada detik detik konjungsi pun hilal seperti itu ada. Artinya jika T. Legault melakukan pemotretan secara kontinyu sejak pra konjungsi, detik detik konjungsi sampai paska konjungsi maka dia selalu menemukan gambar hilal tersebut. Kenapa? karena posisi bulan lebih selatan dibanding matahari. Coba perhatikan uraian berikut
"Konon" pemotretan dilakukan menghadap ke timur itu sebabnya hilalnya pasca konjungsinya telungkup. Lihat gambar di bawah : posisi bulan pasca konjungsi adalah bawah kanan,... artinya posisi pra konjungsinya adalah atas kanan. Karena teropong menghadap timur maka kanan=selatan, pra konjungsi yang bagian atas, pasca konjungsi yang bagian bawah:
Karena bulan-matahari dan pengamat tidak segaris maka sebarang waktu sebelum konjungsi sampai sesudah konjungsi hilal selalu wujud. Jika Legault melakukan pemotretan kontinyu sepanjang tiga fase di atas maka dia akan selalu mendapatkan gambar hilalnya.
Pada titik inilah Wujudul hilal menjadi tidak relevan, karena tidak pernah ada saat dimana hilal tidak wujud, thus tidak ada titik perubahan dari tidak wujud menjadi wujud. Akhirnya tak ada pilihan lain kecuali menentukan batasnya pada saat konjungsi. Jadilah WH menjelma menjadi IQG.
(adil muhammadisa)
0 komentar:
Posting Komentar