VIVAnews -- Belasan orang tewas di rumah Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Termasuk rekan kami, redaktur VIVAnews, Yuniawan Nugroho yang kembali naik ke atas gunung bersama dokter Tutur Prijanto dari Palang Merah Indonesia (PMI) demi membujuk juru kunci Merapi itu turun ke wilayah yang aman. Editor senior itu memang telah lama mengenal Mbah Maridjan.
Lalu, bagaimana dengan Mbah Maridjan sendiri? Nasib sesepuh Merapi itu masih simpang siur.
Ada yang mengatakan dia meninggal di dusunnya yang luluh lantak diterjang awan panas letusan Merapi. Tapi ada lagi yang mengatakan, ia ditemukan dalam kondisi lemas dan kini sedang dirawat intensif.
Namun, informasi yang didapat VIVAnews, menyebutkan, sesepuh Merapi itu diduga kuat telah meninggal dunia.
Dikonfirmasi, petugas Kamar Jenazah RS Sardjito Yogyakarta, mengakui pihaknya sudah menerima jenasah yang mirip benar dengan Mbah Maridjan.
"Benar, jenasah mirip Mbah Maridjan sudah ada di sini," kata petugas tersebut.
Soal kondisi jenazah yang mirip Mbah Maridjan itu, dia mengaku tak berani menggambarkannya. Yang jelas, "kami menerima jenazah tersebut pukul 06.30 WIB," tambah dia.
Sementara jasad rekan kami, Yuniawan, saat ini berada di ruang forensik. Mas Wawan sudah menjalani proses otopsi. "Keluarganya sudah di sini," tambah dia.
Sejak kemarin sore pukul 17.02, Merapi sudah bererupsi dalam bentuk wedhus gembel yakni awan panas berisi abu dan kerikil. Sifat letusan eksplosif yang mengarah ke barat, barat daya, selatan dan tenggara.
Wedhus gembel membuat rumah Mbah Maridjan hancur lebur dan dipenuhi debu vulkanik. Menurut informasi, saat kejadian, Mbah Maridjan sedang melaksanakan salat di masjid
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
bersahabt dg alam tdk butuh dupa-dupa
BalasHapusbersahabat dg alam tdk butuh sila bersila
bersahabat dg alam hanya butuh kepatuhan yang mencerdaskan.
aq tebak, suatu hari nanti akan ada yang mengusulkannya menjadi "Pahlawan". :D
BalasHapus