Kalau kita cermati terlihat ada usaha "sebagian" umat Islam untuk "menggantikan" kalender Internasional dengan kalender Hijriyah. Ulama, pakar astronomi, dan beberapa pemerhati falak terlihat begitu antusias mendiskusikan hal ini. Namun tampaknya sedikit yang menyadari bahwa, ada beberapa kesalahan berfikir yang tidak kita sadari dalam hal ini: Alih alih topik ini sesuatu yang urgen, dalam banyak hal ternyata justru merupakan sesuatu yang meminjam istilah ustad saya di kampung,"sunnah juga tidak" Berikut penjelasannya
Kesalahan 1 :
Penyebutan 2 sistem penanggalan dengan kata masehi dan islam. Yang benar seharusnya kita menyebut dengan penanggalan syamsiyah dan qomariyyah
Kenapa demikian? penyebutan Masehi yang dinisbatkan pada kelahiran al Masih mengarahkan pada pemahaman bahwa itu kalender Nasrani dan bukan Islam. Padahal sebenarnya yang membedakan kedua sistem penanggalan itu bukanlah Islam atau non Islam,.. yang membedakan adalah acuan yang di gunakan, yang satu berdasarkan penampakan matahari yang satu lagi berdasarkan penampakan bulan.
Dan kaum muslimin harus menggunakan kedua duanya. Coba perhatikan : Kriteria siang dan malam (yang berkaitan dengan ibadah shalat dan shaum) tidak bisa ditentukan kecuali berdasarkan gerak relatif MATAHARI terhadap pengamat di bumi. Dan penentuan awal Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah dll semuanya tidak bisa ditentukan kecuali berdasarkan gerak relatif BULAN terhadap pengamat di bumi.
Kesalahan 2
Secara tidak sadar banyak kaum muslimin menganggap bahwa garis batas penganggalan untuk Kalender Hijriyah bisa ditetapkan sebagaimana International Date Line di Hawai. Sebagian mengusulkan untuk menjadikan Mekah sebagai acuan penanggalan Hijriyah ini. Padahal pergerakan BULAN & MATAHARI yang diyakini Eksak itu tidak ada hubunganya dengan “keharusan” adanya batas penanggalan yang tetap untuk kalender Qomariyyah. Faktanya justru gari batas penanggalan Qomariyyah yang dilapangan sering disebut garis visibilitas hilal ini selalu bergeser (tidak tetap di satu tempat). Hal ini membuat ide garis batas penanggalan yang tetap sebagaimana IDL menjadi usulan yang absurd (tak mungkin terjadi)
Kesalahan 3
Anggapan bahwa Kalender Qomariyyah pasti kalender Hijriyah, dan kalender Syamsiyah pasti kelender Masehi.
Ketika muslimin harus memakai kalender Syamsiah seolah olah harus kalender Masehi padahal tidak. Kalender adalah sebuah wujud kesepakatan perhitungan tanggal. Jadi bukan sesuatu yang aneh jika kaum muslimin membuat satu penanggalan Islam Syam siah. tentunya dengan jumlah hari dalam setahun yang sama dengan kalender masehi.
Ide penyeragaman kalender untuk seluruh dunia tidak mungkin diterapkan untuk kalender Qomariyah disebabkan garis batas penanggalan yang secara alamiah selalu bergeser. Artinya jika memang memerlukan sebuah kalender Islam yang seragam sedunia maka pilihannya ya bikin sendiri kalender Islam yang syamsiah.
Namun sebenarnya hal demikian bukan merupakan satu hal yang substantif melainkan hanya bersifat simbolik Islam, karena data teknis penanggalannya tidak akan berbeda dari kalender Internasional sekarang ini. Artinya kalau mau praktis ya pakai saja kalender masehi sekarang ini sebagaimana selama ini sudah berjalan.
Sementara itu untuk kalender Hijriyah yang qomariyyah tetap saja tidak mungkin dibuat seragam untuk seluruh dunia.
Kesalahan 4
Umat Islam harus memakai kalender Islam.
Ini tentu saja tidak benar karena kita saling terhubung dengan orang seluruh dunia. Sekali lagi bukan masalah Islam non Islam,...bahkan pun seandainya seluruh dunia beragama Islam,.. tetap saja kita tidak bisa hanya memakai kelender Hijriyah karena masalah garis batas penanggalan yang dinamik sebagaimana diuraikan sebelumnya.
Kalender Syamsiyah tetap diperlukan terutama dalam kepastian hari dan tanggal dalam setahun.
Kesalahan 5
Penyeragaman Penentuan tanggal 1 Hijriyah difahami sebagai sesuatu yang identik dengan Penyeragaman Kalender Hijriyah
Penyeragaman Kalender Hijriyah adalah absurd karena batas penanggalan yang dinamis, namun Penyeragaman penentuan 1 Hijriyah adalah sesuatu yang tidak sulit secara ilmiah. Satu satunya kesulitan hanyalah masalah keyakinan atas keputusan organisasi atau kelompok.
Jika berkumpul para astronom kemudian mereka menentukan kriteria astronomis mengenai visibilitas hilal tentu diperlukan waktu yang tidak lama untuk menghasilkan data yang bisa dipergunakan Ulama untuk menentukan 1 Ramadhan 1 Syawal.
Mengenai tafsiran atas dalil terkait kegiatan penetapan tanggal ini juga merupakan hal yang tidak sulit untuk dicari titik temunya. Diperlukan, dari masing masing kelompok Islam yang ada,... seorang saja Ulama yang memiliki kelapangan dada dan keberanian untuk mengkoreksi keyakinan pribadi dan kelompoknya ketika kelompok lain memberikan hujah yang lebih mendekati kebenaran.
beberapa orang pernah mencoba sebuah diskusi informal untuk menyatukan cara pandang yang berbeda. Ketika orang orang yang terlibat memiliki keberanian mengubah keyakinan yang salah,.. hasil akhirnya sangat luar biasa. diperlukan waktu tak lebih dari 30 menit untuk menghasilkan sebuah keputusan yang diyakini benar oleh semua yang terlibat. (Padahal mereka masing masing berasal dari kelompok yang saling berbeda)
Mudah mudahan Allah melapangkan hati para Ulama yang menjadi Imam panutan, agar tidak terjadi pemahaman keliru atas permasalahan ini
(by Adil Muhammadisa)
GOOD EXPLAIN SOB!!!!
BalasHapuspemikiran yang begini ini yang akan membuat muslim menjadi komunitas yang unggul dalam percaturan dunia. Kebanyakan kelompk mulsim khusunya di Indonesia masing-masing merasa paling benar mau paling ahli dan paling tahu, kita lihat saja saat sidang isbat ia bicara paling lama dan paling ngotot, tiap tahun dia pasti muncul dan paling ngotot, seandainya dia membaca tulisan anda dan mau berfikir terbuka pasti deh paham dan tidak ngotot lagi dan pasti akan mentertawakan dirinya sendiri "ternyata tergolong orang goblok, ternyata saya kurang berfikir" kira-kira begitu
BalasHapus