Kasus bunuh diri merupakan satu fenomena 'penyimpangan' dalam kajian psikologi. Dalam kondisi sadar, manusia melakukan sesuatu berdasarkan motif tertentu. Psikologi tidak mampu menjangkau solusi pencegahan fenomena bunuh diri dikarenakan gagal mendefinisikan secara akurat mengenai motif bunuh diri yang sesungguhnya. Tidak bayak orang tahu bahwa sebenarnya ada Tipuan Setan Dalam Kasus Bunuh Diri. Bagaimana penjelasannya?
Fitrah Manusia Ingin Hidup
Secara fitrah, manusia menginginkan kehidupan. Semua manusia ingin hidup ingin bahagia dan kalau boleh jujur, tidak seorangpun yang mengharapkan kematian. Namun berdasar data empiris manusia meyakini bahwa semua manusia termasuk dirinya sendiri suatu saat akan mati. Kemudian beberapa orang 'menuduh' bahwa keinginan hidup dan kepastian mati itu mendorong manusia secara instingtif 'menciptakan' agama, yang bercerita mengenai hidup sesudah mati. Beberapa agama memiliki paradigma yang saling berbeda mengenai hidup sesudah mati, tetapi bahwa setiap manusia ingin hidup (kekal) sekaligus tidak ingin mati, menjadi 'kesepakatan' yang tak bisa dipungkiri. Dalam bahasa agama disebut fitrah manusia adalah menginginkan kehidupan dan tidak ingin mati.
Setan Menginginkan Manusia Mati
Tuhan yang menciptakan manusia menginginkan hal yang sama yaitu agar manusia hidup bahagia dan kekal. Tuhan menyediakan kehidupan dunia sampai batas waktu tertentu yaitu saat kematian masing masing manusia itu. Tetapi Tuhan juga menjanjikan kehidupan kembali setelah mati yang lebih kekal untuk manusia. Manusia yang mau mengikuti nasihat Tuhan dan hidup di dunia dengan lurus sesuai petunjuk Tuhan, akan ditempatkan di alam kehidupan yang bahagia. Lantas siapa sebenarnya yang menginginkan manusia mati? Hanya satu 'gank' yang menginginkan kebalikannya. Iblis dan para pengikutnya menginginkan manusia gagal menjalani hidup di dunia. Mereka inilah yang disebut oleh Tuhan sebagai setan (hizbus syaithon = kelompok setan), yang selalu menginginkan menusia mati dalam kondisi 'lupa' pada Tuhan. Pada kasus bunuh diri, setan membisikkan,"Daripada hidup susah di dunia, lebih baik mati, agar tak lagi merasakan apa apa!" Padahal pada saat yang sama Tuhan masih memberikan kesempatan kepada orang tersebut sampai waktu kematian 'normal' nya nanti. Tetapi setan terus membujuk dengan memberikan gambaran menakutkan jika dia melanjutkan hidup. Yang diinginkan setan adalah orang tersebut mati saat ini dalam kondisi tidak ingat dan tidak patuh pada Tuhannya.
Tuhan yang menciptakan manusia menginginkan hal yang sama yaitu agar manusia hidup bahagia dan kekal. Tuhan menyediakan kehidupan dunia sampai batas waktu tertentu yaitu saat kematian masing masing manusia itu. Tetapi Tuhan juga menjanjikan kehidupan kembali setelah mati yang lebih kekal untuk manusia. Manusia yang mau mengikuti nasihat Tuhan dan hidup di dunia dengan lurus sesuai petunjuk Tuhan, akan ditempatkan di alam kehidupan yang bahagia. Lantas siapa sebenarnya yang menginginkan manusia mati? Hanya satu 'gank' yang menginginkan kebalikannya. Iblis dan para pengikutnya menginginkan manusia gagal menjalani hidup di dunia. Mereka inilah yang disebut oleh Tuhan sebagai setan (hizbus syaithon = kelompok setan), yang selalu menginginkan menusia mati dalam kondisi 'lupa' pada Tuhan.
Pada kasus bunuh diri, setan membisikkan,"Daripada hidup susah di dunia, lebih baik mati, agar tak lagi merasakan apa apa!" Padahal pada saat yang sama Tuhan masih memberikan kesempatan kepada orang tersebut sampai waktu kematian 'normal' nya nanti. Tetapi setan terus membujuk dengan memberikan gambaran menakutkan jika dia melanjutkan hidup. Yang diinginkan setan adalah orang tersebut mati saat ini dalam kondisi tidak ingat dan tidak patuh pada Tuhannya.
Bunuh Diri vs Mati Syahid
Beberapa orang bertanya apa bedanya bunuh diri dengan mati syahid, bukankah keduanya sesuatu yang sama saja setali tiga uang? Bukan demikian. Bunuh diri mengharapkan 'hanya' kematian, sedangkan mati syahid mengharapkan kehidupan kekal setelah kematian. Bunuh diri merupakan ekspresi putus asa dan pesimisme, sedangkan mati syahid adalah optimisme dan harapan akan kebahagiaan yang disediakan setelah kematian dan penderitaan yang ditempuhnya. Jika kita teliti lebih lanjut akan terlihat jelas bahwa mati syahid ditempuh oleh orang yang yakin akan adanya akhirat, sebaliknya, bunuh diri dilakukan oleh orang yang berpandangan bahwa hidup hanyalah di dunia ini saja (tidak ada kehidupan setelah mati).
Beberapa orang bertanya apa bedanya bunuh diri dengan mati syahid, bukankah keduanya sesuatu yang sama saja setali tiga uang? Bukan demikian. Bunuh diri mengharapkan 'hanya' kematian, sedangkan mati syahid mengharapkan kehidupan kekal setelah kematian. Bunuh diri merupakan ekspresi putus asa dan pesimisme, sedangkan mati syahid adalah optimisme dan harapan akan kebahagiaan yang disediakan setelah kematian dan penderitaan yang ditempuhnya. Jika kita teliti lebih lanjut akan terlihat jelas bahwa mati syahid ditempuh oleh orang yang yakin akan adanya akhirat, sebaliknya, bunuh diri dilakukan oleh orang yang berpandangan bahwa hidup hanyalah di dunia ini saja (tidak ada kehidupan setelah mati).
artikel ini ada yg benar dan ada yg keliru, yg keliru sperti yg katanya imam bukhori membuat hadis palsu, astagfirullah, si Prof Dr Muhibbin yg bilang, dia itu aliran sesat spertinya. kayak dah hafal ratusan ribu hadis aja si prof gila itu
BalasHapus