Apakah Bunda Theresa Masuk Surga?

Seseorang bertanya,”Apakah bunda Theresa masuk surga atau masuk neraka?” Bahkan pertanyaan tersebut dipertajam lagi dengan sebuah ayat Quran,
”Wa man ya’mal mitsqola dzarrotin khoiron yarroh, wa man ya’mal mitsqola dzarrotin syarron yaroh” (dan siapa saja yang berbuat kebaikan meskipun hanya seberat dzarroh, pasti ada balasannya. Dan siapa saja yang berbuat keburukan meski hanya seberat dzarrah, pasti juga ada balasannya. Nah, bunda Theresa (Katholik) ini kan tak terhitung amal baiknya (45 th melayani orang miskin,sakit, dan yatim piatu di India). Kalau perbuatan baik yang sedikit aja ada balasannya masa yang banyak tidak dibalas? Jadi tidak adil dong kalau Tuhan semesta alam tidak membalas kebaikan bunda Theresa hanya karena dia bukan orang Islam? Benarkah demikian? Bagaimana penjelasannya?
Pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan klasik yang sangat sering dibahas. Bahkan Murtadha Mutahhari menulis sebuah buku khusus mengenai Keadilan Tuhan.  Dalam buku tersebut salah satu kasus yang diangkat adalah kasus Thomas Alfa Edison. Dia adalah seorang non muslim yang penemuannya (lampu pijar listrik) bermanfaat bagi banyak orang di seluruh dunia. Tentu saja jawaban terbaik bisa kita dapatkan jika kita mau menganalisa lebih jauh kasusnya dengan sudut pandang yang lebih spesifik.

Tuhan Maha Pengampun Maha Mensyukuri


Dua dari 99 sifat Tuhan adalah Ghofurun Syakur (Pengampun dan Mensyukuri). Artinya Tuhan pasti mengampuni orang yang bertobat kepadaNya. Dan Tuhan pasti membalas kebaikan manusia sekecil apapun dengan balasan yang jauh lebih besar dari amalan manusia tersebut. Itu berarti siapa saja yang berbuat baik, tak perlu khawatir pasti Tuhan memberikan balasan yang lebih baik. Jadi bukan hanya bunda Theresa melainkan semua orang tanpa kecuali. Hanya saja tak banyak orang tahu atau mungkin lupa bahwa ada satu parameter lain yang harus dimasukkan dalam “kalkulasi surga dan neraka" ini.

Motif Perilaku Menentukan Nilai Perbuatan 


Hal penting yang jarang kita sadari adalah bahwa perbuatan manusia selalu dilandasi oleh motif tertentu (tujuan yang melatarbelakangi sebuah tindakan). Tidak mungkin seseorang melakukan sesuatu tanpa motif. Jika ada tentunya orang itu tergolong orang yang tidak sadar atau gila. Begitu juga amal baik seseorang tidak mungkin dilakukan tanpa motif, atau tanpa tujuan. Memberi makan orang miskin adalah perbuatan yang baik. Siapapun yang melakukannya, tak peduli muslim atau bukan, perbuatan itu tetap saja merupakan perbuatan yang baik. Akan tetapi kalau kita perhatikan lebih detil apa motif seseorang memberi makan orang miskin? Kita akan dapati banyak ragam jawaban. Beberapa motif diantaranya adalah: karena rasa empati, karena tugas lembaga sosial, karena identifikasi pribadi sbg orang dermawan, karena ingin dipandang sebagai orang baik, karena ingin mendapatkan dukungan rakyat sebagai tokoh (politis), karena punya stategi bisnis dilokasi tersebut supaya rakyat simpati pada bisnis yang dia jalankan, dsb. Inilah yang sering kali dihafal oleh ustadz sebagai, "Innama a'mal bi n niyat" "Sesungguhnya nilai amal itu bergantung pada niyat nya"



Siapa Yang Ingin Dibalas Oleh Tuhan Pasti Dia (Tuhan) Memberinya Dengan Yang Lebih Baik


Dari beragam motif atau niyat orang dalam melakukan amal tertentu, kita bisa memilahnya menjadi dua, yaitu niat karena Allah dan niyat bukan karena Allah. 
Siapa saja yang memberi makan orang miskin dengan niyat untuk mendapat balasan dari Allah sudah pasti Allah akan membalasnya. 
(Inna Llah laa yukhlifu l mii’aad) sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. Hal ini berlaku universal tidak peduli orang tersebut berasal dari kelompok manapun. Lalu bagaimana jika orang tersebut non muslim? Coba perhatikan kalimat “dengan niyat mendapat balasan dari Allah” kalimat ini sebenarnya merupakan syarat sekaligus penegasan bahwa orang yang melakukannya haruslah orang yang memang tahu siapa Allah(Tuhan semesta alam). 
Apakah non muslim tahu siapa itu Allah? Jawabannya “ada yang tahu ada pula yang tidak” 
Apakah non muslim ada yang melakukan amal karena takut pada Allah? Jawabanya,”Ada” Coba perhatikan ayat Quran,
”Sesungguhnya orang orang Mukmin, Yahudi, Nashara, dan shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar benar beriman kepada Allah dan hari akhir kemudian beramal shalih, makan tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."

(Ctt: ayat ini mesti dipahami dengan hati hati.  Frasa “mukmin, yahudi, nashrani, dan shabiin” merupakan sebutan kelompok (bukan status iman vs kafir), baru kemudian frasa “mereka yang benar benar beriman” ini merupakan status keimananya, apakah benar benar beriman atau hanya berpura-pura. Secara implisit ayat ini memberikan gambaran bahwa tidak semua orang yang berada dalam kelompok diluar kaum mukminin itu kafir. Begitu pula yang masuk dalam kelompok kaum mukminin ternyata tidak semuanya benar benar beriman”)


Jadi Gimana Nih? Bunda Theresa Amalnya Diterima apa Tidak? 

Waduh saya kan bukan Tuhan mas? Tanya aja sendiri ama Tuhan! He he he. Bukan begitu. Pertanyaan itu bisa kita jawab kalau datanya lengkap. Sebagaimana kalimat matematika, jawabany soalnya bisa ketemu hanya jika semua variable nya sudah terisi data yang berkaitan. Jika ada satu saja variable yang belum ditentukan nilainya maka jawaban finalnya belun bisa kita dapatkan. Data apa yang harus kita masukkan untuk kasus Bunda Theresa? Pertama yang paling penting adalah, beliau melakukan amal kebaikannya itu untuk apa? Apakah beliau melakukan itu semua karena Yesus atau karena Allah (Tuhannya Yesus)? Dengan kata lain jika beliau ini termasuk golongan nashara (nasrani), apakah beliau termasuk “yang benar benar beriman kepada Allah dan hari akhir dan beramal shalih” atau justru termasuk orang mempertuhankan Yesus? Karena dalam ayat lain ditegaskan,”sungguh telah kafir orang yang mengatakan Yesus itu Allah atau anak Allah”
Beberapa orang mengatakan,”Kalau benar bunda Theresa itu benar benar beriman kepada Allah dan hari akhir mestinya dia masuk Islam” Itu benar, tetapi saya pribadi memilih tidak  menghakimi karena kita tidak tahu apa yang ada dalam hati beliau. Karena bisa jadi tanpa sepengetahuan orang, dia sendiri berikrar dalam hatinya bahwa, Tak ada sembahan kecuali Allah (Tuhan yang mengutus Yesus dan mengutus Muhammad). Saya sendiri tidak mengenal betul siapa bunda Theresa. Tetapi saya yakin jika memang dia meniatkan semuanya untuk Allah Tuhannya Yesus, tuhannya semua orang,… pasti Allah tidak menyianyiakan amalnya. Tetapi jika dia niatkan untuk Yesus apalagi menganggap Yesus sebagai Tuhan, atau dia niatkan untuk sesuatu yang lain selain Allah, maka sebenarnya yang berlaku adalah ayat Quran yang berbunyi,
”Sesungguhnya amal amal orang kafir itu laksana debu ditiup angin (tidak ada nilainya samasekali di hadapan Allah)


Bagaimana Jika Bunda Theresa Seorang Muslim? Apakah Pasti Diterima?


Jawabanya sama, "Belum tentu". Saya tidak tahu apa yang ada dalam hati beliau. Amal orang kafir "yang seperti debu" itu sama persis dengan amal seorang muslim yang tidak diniatkan karena Allah. Jadi dalam masalah diterima atau tidaknya suatu amalan tidaklah bergantung pada kelompok mana dia berasal. Yang paling menentukan nilai amal seseorang adalah apakah “diniatkan karena Allah atau tidak”. Itu saja. Dalam bahasa yang lebih keren, apakah dia beramal ikhlas karena Allah atau tidak
Rasulullah pernah berpesan,”jagalah keikhlasan dalam beramal karena keikhlasan karena Allah itulah yang membuat amal amal yang sedikit menjadi bernilai di hadapan Allah” 
Mudah mudahan kita bisa belajar dari kasus di atas. Meskipun kita seorang muslim, kalau amalan kita tidak karena Allah maka dikhawatirkan amalan kita bernasib sama dengan amalan orang yang tidak kenal sama Allah, seperti debu diterbangkan angin tak ada nilainya sedikitpun dihadapan Allah.

Mengenai Bunda Theresa, saya tidak tahu barangkali sebelum meninggal, tanpa sepengetahuan orang lain beliau kembali kepada Allah, berikrar tidak meniatkan amalnya untuk siapapun kecuali hanya untuk Allah tuhan seluruh alam semesta, tuhannya Yesus dan tuhannya semua orang). 



Share on Google Plus

About Adil Muhammadisa

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

4 komentar:

  1. selama tdk mengakui tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah maka semua amalnya ditolak dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bung, Baca alquranmu Alkaafiruun.

      Tuhan Islam BUKAN Tuhan non Islam, Sorga Islam BUKAN sorga non Islam.

      Ingat. apa yang anda lakukan 5x sehari, anda harus menghadap sekaligus membuntuti tempat TuhanMu " kaabah " buatan tangan manusia setiap sholat yaitu Kaabah, kalau tidak tidak sahhhh.

      Apakah itu tidak merupakan praktek penyembahan berhala ?????.

      Hapus
    2. Salah kaprah dalam mengartikan "Ka'bah"..Astagfirullah...

      Hapus