Prabowo Atau Jokowi? Fenomena Pilpres kali ini benar benar Menguak Jati Diri Media, Informasi dan Propaganda. Setiap orang yang bodoh, atau membiarkan dirinya bodoh, atau berpura pura bodoh pasti dengan mudah dipermainkan oleh kabar dari media yang sebenarnya lebih pantas disebut sebagai propaganda, bukan informasi. Terbukti benar ucapan seorang pakar media negeri ini bahwa membaca media sama persis dengan membaca buku harian seorang penipu. Seorang yang cermat mungkin saja berhasil menemukan benang merah nya sementara jutaan orang gegabah menjadi makanan empuk propaganda.
Presiden versi Quick Count
Presiden versi Quick Count, atau beberapa orang menyebut sebagai Presiden versi Jontrot adalah presiden yang dimunculkan berdasarkan rekayasa opini yang saat ini orang mengenalnya dengan Quick Count. Mirip kecurangan yang dilakukan oleh beberapa pedagang pasar yang membayar "jontrot" untuk membentuk opini pembeli seolah olah tak ada pilihan lain kecuali harus membeli dagangan yang dimaksud.
Jokowi telah benar benar menjadi Presiden di Metro TV milik Surya Paloh yang sudah deal mendapatkan kue politik dari Jokowi. Pun Demikian Kompas, Tempo dan Jakarta Post yang sejak jauh jauh hari terbaca jelas memiliki deal politik dengan PDIP dan Jokowi
Sebaliknya Prabowo menang dalam perhitungan suara semua Quick Count yang disiarkan media milik Hari Tanoe dan Ical.
Alih alih memberikan data, media lebih cenderung menyajikan opini kepada masyarakat, sehingga masyarakat harus sangat kritis untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua pemberitaan media tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar